
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Rencana perang tarif yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama terkait arah kebijakan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Sebelumnya, pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua hingga tiga kali sepanjang tahun ini.
Namun, situasi global yang dipicu oleh ketegangan tarif membuat arah kebijakan moneter AS menjadi sulit diprediksi. The Fed pun mulai memberi sinyal kehati-hatian terhadap pemangkasan suku bunga, menyusul inkonsistensi kebijakan yang diambil pemerintah AS di bawah Trump.
Chief Economist Sucor Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail Zaini, menyampaikan bahwa dampak perang tarif justru bisa mendorong The Fed menurunkan suku bunga lebih banyak dari yang diperkirakan.
“Kami sangat percaya bahwa The Fed pasti akan memangkas tingkat suku bunga, mungkin sekitar empat hingga lima kali tahun ini imbas perang tarif. Karena harga minyak dunia cenderung menurun di era Trump. Saat harga minyak dan harga barang rata-rata global rendah seperti sekarang, maka inflasi pun turun. Dan dengan inflasi yang rendah, The Fed cenderung memangkas suku bunga lebih dalam dari konsensus pasar,” ujar Ahmad dalam keterangannya belum lama ini, dikutip Rabu (16/4/2025).
Selain potensi pemangkasan suku bunga, Ahmad juga menyebutkan kemungkinan kembalinya kebijakan pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing (QE), yakni dengan membeli surat utang pemerintah AS yang tidak terserap pasar. Langkah ini kemungkinan diambil jika Tiongkok benar-benar melepas sebagian kepemilikan surat utang AS, yang saat ini mereka pegang dalam jumlah besar.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: