Rupiah Terpuruk, Defisit Fiskal Sorotan Pasar Keuangan

4 hours ago 2
Ilustrasi. (INT)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Defisit anggaran Indonesia yang melebar pada awal tahun menjadi sorotan. Namun pemerintah memastikan bahwa target belanja tetap sesuai dengan yang telah dipetakan di awal tahun.

Secara keseluruhan, Senior Economist DBS Bank Radhika Rao menyatakan, target defisit fiskal tahun ini yang sebesar -2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) mungkin perlu direvisi lebih tinggi 30-40 basis poin jika tren pendapatan yang lemah terus berlanjut.

Meskipun demikian, otoritas akan tetap berusaha menjaga defisit di bawah ambang batas yang ditetapkan -3 persen dari PDB untuk mencegah tekanan pada pasar utang. Selain itu, prospek ekonomi juga dibayangi oleh alokasi dukungan anggaran, termasuk pendapatan, untuk lembaga investasi baru, dengan pasar yang menunggu kejelasan lebih lanjut.

Meskipun ada kekhawatiran yang berkembang, imbal hasil obligasi hanya sedikit lebih tinggi, didorong oleh permintaan kuat dari peserta lokal. 

Termasuk bank sentral yang saat ini memegang seperempat dari total penerbitan yang beredar, dibandingkan dengan 10 persen pada akhir 2019. Rupiah tidak dapat menguat meskipun terjadi koreksi tajam pada dolar Amerika Serikat (AS) global.

"Rupiah terhadap USD tetap berada di kisaran Rp 16.400 pekan ini. Mempertahankan posisinya sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan. Mengingat ekspektasi kami bahwa bias penguatan dolar akan berlanjut bulan ini dan kuartal berikutnya, rupiah kemungkinan akan tetap tertekan.," ungkap Radhika, Sabtu (15/3).

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |