
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi XII DPR RI Ratna Juwita Sari mengecam keras tayangan Xpose Uncensored Trans7 yang diduga melecehkan kiai dan pesantren Lirboyo, Kediri.
Menurutnya, tayangan tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman media terhadap tradisi dan kultur pesantren yang sarat dengan nilai, adab, serta kearifan lokal yang telah menjadi bagian dari perjalanan panjang pendidikan bangsa.
“Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi pusat pembentukan karakter dan moral bangsa. Apa yang ditampilkan dalam tayangan itu tidak hanya menyakitkan para santri, tapi juga menyinggung perasaan umat Islam yang menjunjung tinggi kehormatan para kiai,” ujar Ratna dalam keterangannya, dikutip pada Jumat (17/10/2025).
Ia menilai, media seharusnya menjadi mitra dalam membangun kesadaran publik, bukan justru menyebarkan stigma negatif terhadap lembaga pendidikan Islam tradisional seperti pesantren.
Menurutnya, banyak jurnalis belum memahami bagaimana tradisi pesantren tumbuh dan bertransformasi seiring zaman.
“Media seharusnya memberi panggung kepada pesantren untuk memperkenalkan tradisi dan budaya mereka. Tidak semua hal yang ada di pesantren bisa dijelaskan dengan nalar biasa, apalagi oleh mereka yang bukan bagian dari komunitas santri,” ujarnya.
Ratna juga mengutip pandangan almarhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menyebut pesantren sebagai subkultur, sebuah entitas sosial dengan sistem nilai, kebiasaan, dan cara hidup tersendiri yang berbeda dari masyarakat umum.
“Kata Gus Dur, pesantren punya ciri khas kepemimpinan kiai, kehidupan bersama, dan keseimbangan antara pendidikan agama dan umum. Inilah yang membentuk karakter keindonesiaan yang santun dan religius,” lanjutnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: