FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Gelombang kasus penipuan yang memanfaatkan janji kerja bergaji fantastis di luar negeri, terutama di wilayah seperti Kamboja dan Myanmar, bersamaan dengan maraknya penipuan asmara digital yang dikenal sebagai love scam, telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan.
Di balik pesona gemerlap media sosial dan iklan lowongan pekerjaan yang tampak meyakinkan, tersembunyi jebakan mematikan yang telah merenggut harta, kebebasan, bahkan menghilangkan nyawa banyak korban.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Detektif Jubun, seorang detektif swasta berpengalaman sekaligus pakar hukum, memberikan pandangannya yang tajam mengenai fenomena ini.
Ia menegaskan bahwa kejahatan terorganisir semacam ini merupakan perwujudan paling keji dari keserakahan manusia yang tak terbatas.
“Saya telah menyaksikan beragam wajah kejahatan sepanjang karier saya—namun, penipuan yang tidak hanya merampas harta, tetapi juga mengorbankan nyawa dan bahkan berujung pada perdagangan organ manusia, adalah manifestasi paling brutal dari kerakusan,” ungkap Jubun dengan nada prihatin.
“Kasus penipuan kerja ke Kamboja, misalnya, bukan lagi sekadar persoalan kejahatan ekonomi semata, melainkan telah menjadi kejahatan yang benar-benar melawan nurani kemanusiaan,” tambahnya.
Jerat Maut Janji Kerja di Luar Negeri
Jubun menjelaskan secara rinci modus operandi yang menjebak banyak korban. Mereka pada umumnya terpikat oleh penawaran pekerjaan yang menjanjikan proses cepat dan imbalan gaji yang sangat tinggi. Korban diiming-imingi posisi di negara-negara seperti Kamboja atau Myanmar.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































