BBM Dicampur Bioetanol Dianggap Hanya Lahirkan Masalah Baru, Begini Penjelasannya

23 hours ago 4
Ilustrasi pengisian BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). (ANTARA/HO-Pertamina Patra Niaga) Ilustrasi pengisian BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). (ANTARA/HO-Pertamina Patra Niaga)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Rencana pemerintah mencampur bioetanol dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) menuai kritik. Dianggap akan lahirkan masalah baru.

Hal tersebut diungkapkan konten kreaotor yang kerap mengkritisi persoalan sosial @masnoors. Dia mengatakan rencana pemerintah itu seolah-olah hijau.

“Pemerintah mau naikin campuran bioetanol jadi 10 persen. Kedengarannya hijau banget ya. Tapi coba dengerin dulu,” katanya dikutip dari video yang diunggah di Instagram pribadinya.

Dia menjelaskan, bioetanol adalah alkohol dari tebu atau singkong. Dicampur ke bensin biar pembakarannya lebih bersih.

Namun yang menjadi persoalan, tiap seliter bioetanol butuh 7 kilogram singkong. Atau belasan batang tebu.

“Masalahnya, satu liter bioetanol butuh 7 kilogram singkong atau belasan batang tebu. Artinya, buat ngejar target nasional. Kita butuh jutaan ton bahan baku,” jelasnya.

Sementara itu, tebu dan singkong merupakan pangan yang digemari masyarakat Indonesia. Dia mengkhawatirkan kelak nanti pemerintah hanya akan mengimpor bahan baku.

“Itu berarti bersaing sama kebutuhan pangan dan gula nasional. Kalau bahan bakunya dari tanaman makanan, kita cuma mindahin masalah, dari impor minyak jadi impor gula,” ujarnya.

Dia membandingkan Indonesia dengan Brazil. Menurutnya, negara yang berada di benua Amerika itu sudah siap.

“Negara kayak Brazil sukses karena tebu mereka rendemennya tinggi dan infrastrukturnya udah siap,” paparnya.

“Di kita rendemen masih di bawah 8 persen dan pabrik bioetanol masih terbatas,” tambahnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |