Pengurangan Tarif AS-China, Pengaruhnya terhadap Ekonomi Asia

4 hours ago 3
Ilustrasi - Perang dagang Amerika Serikat dan China. (ANTARA/Shutterstock/aa.) (ANTARA/Shutterstock/aa)

FAJAR.CO.ID -- Tat Kei, seorang pengusaha asal China yang memiliki pabrik di Shenzhen, menyatakan kegembiraannya atas kesepakatan yang dicapai antara AS dan China di Jenewa, Swiss, yang bertujuan untuk melakukan "gencatan senjata" dalam hal tarif.

Sebagai pemilik bisnis manufaktur peralatan perawatan pribadi yang diekspor ke AS, Tat Kei merasa kesepakatan ini menjadi langkah positif untuk meredakan ketegangan perdagangan global. "Saya senang kewarasan telah kembali," ujar Tat Kei, yang mengapresiasi pengurangan tarif yang disepakati oleh kedua negara.

Dalam negosiasi yang berlangsung di Jenewa, delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer, sementara delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut, AS akan menurunkan tarif impor produk China dari 145% menjadi 30%, sementara China akan mengurangi tarif barang AS dari 125% menjadi 10%.

Kebijakan ini akan berlaku selama 90 hari ke depan dan dianggap sebagai langkah untuk meredakan ketegangan ekonomi antara dua negara besar ini.

Kebijakan Tarif Sebagai Embargo


Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa tarif yang sangat tinggi selama ini dapat dianggap sebagai bentuk embargo ekonomi, yang pada akhirnya merugikan kedua belah pihak.

Bessent juga menekankan bahwa tidak ada pihak yang menginginkan pemisahan total dalam aktivitas perdagangan antara AS dan China, atau yang dikenal dengan istilah "decoupling."

Sementara itu, Kementerian Perdagangan China mendukung pengurangan tarif ini sebagai langkah yang diharapkan akan menguntungkan produsen dan konsumen di kedua negara, serta membawa dampak positif bagi perekonomian global.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |