
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, bicara terkait proses reshuffle dirinya dari Kabinet Merah Putih pada Rabu,19 Februari 2025 lalu.
Dalam kesempatan yang sama, ia berbicara tentang dinamika di balik dua demo yang disebut menjadi pemicu kegaduhan yang berujung pada terlemparnya ia dari kabinet.
Satryo Soemantri juga mengungkap terkait keputusannya untuk mengundurkan diri dari posisi orang nomor satu di kementerian tersebut di detik-detik menjelang reshuffle.
Baginya menjalankan tugas sebaik-baiknya memang belum tentu berbuah respon positif.
“Jadi hari selasa malam tanggal 18 Februari yang lalu, jam 10 malam, Mayor Teddy ke kediaman saya di Widya Candra. Kemudian beliau bicara, intinya menganggap saya punya kesalahan yang fatal,” katanya
“Yakni tentang terjadinya demo di kantor tanggal 20 Januari 2025, dan terjadinya demo tentang UKT oleh mahasiswa BEM pada tanggal 17 dan 18 Februari 2025,” sebutnya.
Lanjut, ia menjelaskan terkait dua kesalahan fatal. Dengan menyebut Presiden Prabowo Subianto alergi dengan demo.
“Yang beliau anggap fatal adalah dua itu. Karena Pak Presiden itu alergi dengan demo kata Mayor Teddy. Jadi kalau ada demo, beliau menganggap itu kegaduhan, membuat gaduh suasana,” tuturnya.
Terkait cerita awalnya, Satryo Soemantri menjelaskan terkait raker di DPR yang kebetulan terbuka.
“Ini bermula dari isi raker di DPR yang kebetulan memang rakernya terbuka. Waktu di raker, kami ditanya oleh Ketua Sidang, beliau tanya apakah rakernya mau terbuka atau tidak? Saya bilang terserah pimpinan (pimpinan Komisi X),”
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: