Telur Kasuari Jadi Simbol Ancaman bagi Hutan Papua, Dandhy Laksono Beri Komentar Menohok Soal Food Estate

1 month ago 43
 Instagram @dadhy_laksono) Sutradara Film Dirty Vote, Dandhy Laksono (Foto: Instagram @dadhy_laksono)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Jurnalis senior Dandhy Laksono membagikan pengalaman uniknya saat berada di hutan Merauke dalam rangka Ekspedisi Indonesia Biru pada 2015 lalu.

Dalam unggahannya di Instagram, Dandhy bercerita bagaimana dirinya ditawari telur burung kasuari oleh pemburu setempat untuk dibuat telur dadar.

Ketika diberikan telur tersebut, Dandhy mengaku merasa tidak tega.

“Saya bilang, Tra tega e," tulisnya dalam unggahan itu.

Namun, pemburu lokal menanggapinya dengan santai. “Ah, tra papa. Banyak di hutan,” jawab mereka.

Meski mendapatkan izin dari warga setempat, Dandhy tetap mengembalikan telur tersebut ke alam. Namun, hingga kini ia masih menyesali keputusannya.

Pengalaman ini, kata Dandhy, menggambarkan bagaimana hutan di Papua menjadi sumber pangan utama bagi masyarakat adat.

Namun, ia juga menyoroti ancaman yang kini dihadapi ekosistem tersebut.

"Inilah yang akan musnah ditumpas proyek food estate 2 juta hektare. Hutan adalah food estate dan supermarket bagi mereka yang hidup di sekitarnya," tandasnya.

Proyek food estate yang direncanakan pemerintah disebut-sebut akan menggantikan fungsi hutan alami dengan kawasan pertanian skala besar.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan ekosistem serta mata pencaharian masyarakat adat yang selama ini bergantung pada hasil hutan.

Cerita ini menjadi pengingat bahwa bagi masyarakat adat Papua, hutan bukan sekadar lahan kosong yang siap digarap, tetapi supermarket alami yang menyediakan makanan dan kehidupan bagi mereka.

Sebelumnya, Politikus dan aktivis Syahganda Nainggolan memberikan pandangannya terkait Proyek Strategis Nasional (PSN) food estate seluas dua juta hektare di Merauke, Papua Selatan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |