Herwin Sudikta Kritik Gibran: Jangan Kawinkan Agama dan Teknologi Kalau yang Lahir Cuma Omong Kosong

13 hours ago 7
Pegiat media sosial, Herwin Sudikta

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka soal kolaborasi nilai keagamaan di pesantren dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) mendadak jadi perhatian publik.

Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, menilai gagasan tersebut tidak memiliki dasar logis dan hanya terdengar seperti jargon futuristik.

“Entah di dimensi mana kolaborasi antara dogma dan algoritma itu bisa ketemu," ujar Herwin kepada fajar.co.id, Selasa (18/11/2025).

Herwin mempertanyakan bagaimana dua sistem yang menurutnya berada di kutub berbeda dapat dipadukan begitu saja.

"Karena sependek akal sehat saya bekerja, agama dan teknologi adalah dua sistem yang saling meniadakan," ucapnya.

Ia menjelaskan, agama bertumpu pada kepercayaan dan kepatuhan, sementara teknologi, terutama AI, dibangun berdasarkan metode ilmiah dan proses verifikasi.

“Yang satu berbasis kepercayaan, yang satu berbasis pembuktian. Yang satu minta patuh, yang satu minta kritis,” lanjut Herwin.

Herwin juga menyinggung pernyataan Gibran yang menyebut kolaborasi pesantren dan AI dapat membawa transformasi besar.

Menurutnya, pernyataan tersebut tidak menjelaskan arah transformasi yang dimaksud. “Lah terus kok bisa-bisanya Fufufafa ngomong soal kolaborasi pesantren plus AI bakal bawa transformasi besar?," Herwin menuturkan.

Transformasi apanya? Pikiran? Narasi? Atau sekadar usaha bikin buzzword biar kelihatan futuristik?," tambahnya.

Ia menegaskan bahwa AI tidak dibangun dari prinsip kepercayaan, melainkan data dan logika.

“AI itu dibangun dari data, logika, sains. Bukan dari pokoknya harus percaya,” tegasnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |