BENARKAH KITA MERDEKA?

1 day ago 11
Fajlurrahman Jurdi

Oleh: Fajlurrahman Jurdi
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin)

Gegap gempita suara pekikan, nyanyian dan teriakan riuh di seluruh pelosok negeri. Ucapan tak henti, bahagia tak terhingga, serta pancang bendera berkibar dimana-mana. Kita telah menang, kita telah merdeka, dan kita sedang menuju Negara maju.

Kolonialisme benar hengkang, penjajahan betul pergi, para penjajah tak pernah kembali. Sudah delapan puluh tahun kita hidup dalam suasana berlalunya penjajahan itu. Pemerintahan berdiri kokoh, demokrasi terus dikumandangkan, kebebasan tak henti di dendangkan. Rakyat riuh dalam harapan-harapan, juga janji kemerdekaan yang sebagian ditunaikan, sebagiannya lagi penuh dengan penantian.

Upacara diselenggarakan, hormat bendera dilakukan diseluruh pesolok negeri, kegiatan menyemarakkan kemerdekaan tak pernah sepi dari kreatifitas. Inilah hikmah penjajahan, tiap satu tahun sekali rakyat bahagia merayakan ulang tahun kemrdekaan, dan sisanya kadang penuh penderitaan, kekerasan, frustasi dan kegagalan. Tak jauh dengan zaman penjajahan, sebab kemiskinan kian bergelimpangan, kekerasan fisik dan verbal kian tak terkendali, “perbudakan” modern tak bisa dikontrol.

Penjajahan membawa beban ketidakadilan, ketidaksetaraan dan superioritas. Si penjajah dan si terjajah terbelah dalam kutub yang dikelilingi dinding megah nan-tinggi. Tak bisa dijangkau. Tak bisa ditembus. Dan tak bisa dipahami. Jurang pemisah keduanya sungguh rumit untuk dirumuskan dan dinalar. Dehumanisasi berjalan tanpa pamit, kekerasan melebar ke dalam titik nadir tak terhingga. Inilah beban masa lalu yang rumit, berliku dan tak bisa dijawab secara tuntas dan proporsional.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |