Ilustrasi serangan militer Israel di Jalur Gaza -- irna
FAJAR.CO.ID, GAZA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pelanggaran mencolok yang dilakukan rezim pemerintahan PM Benjamin Netanyahu, terhadap rakyat Gaza, Palestina sejak gencatan senjata diberlakukan.
Hingga Kamis (23/10) WHO mencatat sebanyak 89 orang tewas dan 317 lainnya terluka sejak gencatan senjata di Gaza diberlakukan pada 11 Oktober.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menekankan bahwa krisis di Gaza masih terus berlanjut dan kebutuhan penduduk di wilayah tersebut masih sangat besar.
Rencana 20 poin untuk perdamaian Gaza yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diumumkan pada 29 September. Rencana itu menyerukan gencatan senjata segera, dengan syarat pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.
Dokumen tersebut juga mengusulkan agar Hamas atau faksi bersenjata Palestina lainnya tidak memiliki peran dalam pemerintahan di Jalur Gaza ,dan kendali atas wilayah tersebut harus dialihkan kepada komite teknokrat yang diawasi badan internasional yang dipimpin Trump.
Pada 9 Oktober, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan tahap pertama rencana perdamaian untuk menyelesaikan konflik bersenjata yang sudah berlangsung selama dua tahun di Jalur Gaza.
Kemudian pada 13 Oktober, Presiden Trump bersama Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani deklarasi gencatan senjata Gaza.
Hamas membebaskan semua 20 sandera yang masih hidup, yang ditahan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Sebagai timbal baliknya, Israel juga membebaskan 1.718 tahanan Palestina dari Gaza dan 250 tahanan dari penjara Israel. (fajar)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































