LISA UGM
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Polemik terkait Lean Intelligent Service Assistant (LISA), kecerdasan buatan milik Universitas Gadjah Mada (UGM) terus bergulir.
Sistem AI tersebut sebelumnya viral lantaran memberikan jawaban bahwa Presiden ke-7 RI, Jokowi, bukan lulusan UGM.
Tidak lama setelah jawaban itu ramai di publik, akses terhadap LISA tiba-tiba dihentikan.
Pakar Digital Forensik, Rismon Sianipar, angkat bicara mengenai kontroversi tersebut.
Salah satu tersangka dalam laporan Jokowi di Polda Metro Jaya itu menegaskan bahwa kesimpulan yang disampaikan LISA tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dikatakan Rismon, dari sisi arsitektur, LISA dibuat menggunakan model LLMA (Large Language Models).
Model tersebut beroperasi dengan basis data yang berasal dari internal lembaga yang mengelolanya.
“LISA UGM, dari UGM itu kan, dari arsitekturnya menggunakan model LLMA. Itu artinya data setnya berasal dari data internal di UGM,” ujar Rismon kepada fajar.co.id, Senin (8/12/2025).
Karena LISA dilatih menggunakan data UGM sendiri, Rismon menyebut bahwa kesimpulan sistem tersebut justru memiliki tingkat relevansi tinggi terhadap data akademik kampus.
"Jadi sulit rasanya jika kesimpulan dari LISA UGM untuk diabaikan,” tegasnya.
Rismon menggarisbawahi bahwa sistem AI tidak mungkin menghasilkan output tanpa basis data yang dimiliki.
Artinya, jawaban yang muncul bukan berdasarkan opini atau asumsi bebas, melainkan berasal dari proses pengolahan data yang terekam dalam sumber data internal.
Ia kembali menekankan bahwa LISA bukan AI umum yang mengambil data dari mesin pencari atau sumber terbuka, melainkan sistem internal yang mengakses data akademik milik UGM untuk memberikan respons.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:















































