
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kasus gagal bayar utang PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) semakin menunjukkan performa perseroan yang sakit. Nilai saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini pun terjun bebas dari Rp2.050 menjadi Rp204 per lembar saham dalam lima tahun.
Harga saham WIKA pada 18 Februari 2020 di bursa saham masih bertengger pada angka Rp 2.050 per lembar saham. Berselang setahun kemudian, sudah turun menjadi Rp1.850 per lembar saham.
Sejak 2020, saham WIKA sudah tidak pernah mengalami kenaikan, bahkan terus menukik tajam. Terlihat dari harga saham pada 18 Februari 2022 sebesar Rp1.135, kemudian pada 20 Februari 2023 menjadi Rp675 per lembar saham.
Tahun lalu, tepatnya pada 19 Februari 2024, saham WIKA masih bertengger di angka Rp240 per lembar saham dan kini sudah menjadi Rp204 pada 17 Februari 2025.
Anjloknya harga saham WIKA sejalan dengan kinerja keuangan perusahaan yang kurang memuaskan. Bahkan, meski pemerintah telah memprioritaskan BUMN sebagai pelaksana proyek pemerintah, WIKA terus merugi dalam beberapa tahun terakhir.
Pengumuman manajemen PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA yang gagal melunasi dua surat utang jatuh tempo pada 18 Februari membuat otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan langkah suspensi. BEI memutuskan untuk menghentikan perdagangan saham BUMN konstruksi tersebut.
Dua surat utang WIKA yang gagal bayar adalah Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (WIKA02ACN2) dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap II Tahun 2022 Seri A (SMWIKA02ACN2).
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: