
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Hukum Tata Negara, Prof. Jimly Asshiddiqie, menyoroti pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyebut Indonesia sebagai salah satu kunci ekonomi dunia di masa depan.
Dikatakan Prof. Jimly, hal ini menjadi sinyal penting bagi prospek hubungan bilateral Indonesia-Rusia di berbagai sektor.
“Kunjungan Presiden Prabowo beserta delegasi ke Rusia kali ini dapat disebut sebagai langkah diplomatik yang sangat berhasil, terutama dalam membangun dan memperkuat kerja sama lintas bidang,” ujar Prof. Jimly di X @JimlyAs (20/6/2025).
Ia juga menyinggung perbandingan dengan kebijakan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang justru menaikkan tarif bea masuk dari 32 persen menjadi 47 persen dalam masa pemerintahannya.
“Bandingkan dengan sikap Trump, negosiasi tarif malah dinaikkan dari 32 persen ke 47 persen. Sombong sekali," tandasnya.
Sebelumnya, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, menyampaikan pandangan tajam mengenai arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan pelajaran penting bagi Indonesia.
Ia menegaskan bahwa AS secara historis bukanlah negara penganut sistem perdagangan bebas (free trade), melainkan menganut sistem ekonomi protektif atau merkantilisme.
Anthony menyinggung keputusan Presiden AS Donald Trump yang pada 2 April 2025 resmi memberlakukan tarif impor resiprokal terhadap hampir semua mitra dagangnya, termasuk sekutu seperti Uni Eropa, Inggris, Kanada, Jepang, dan lainnya.
Indonesia sendiri dikenai tarif sebesar 42 persen, terdiri dari 32 persen tarif resiprokal dan 10 persen tarif dasar.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: