
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur membantah Indonesia krisis demokrasi. Itu diungkapkan menanggapi pembakaran foto Prabowo-Gibran.
“Kalau ada yang bilang demokrasi Indonesia sedang krisis, tolong tunjukkan video anak-anak mahasiswa yang semangat membakar poster Presiden dan Wakil Presiden di siang bolong, sambil teriak-teriak dengan penuh keyakinan,” ungkapnya dikutip dari unggahan di X, Kamis (20/2/2025).
Menurutnya, pembakaran foto oleh demonstran Indonesia Gelap itu menunjukkan surplus demokrasi. Bukan sebaliknya.
“Ini bukan tanda demokrasi sekarat, justru ini tanda surplus demokrasi! Bayangkan, mereka bisa demo bebas, berteriak tanpa sensor, bahkan bakar-bakar tanpa takut dikejar,” ujarnya.
Kalau di negara otoriter, jangankan bakar foto presiden dan wakil presiden. Melirik fotonya saja disebutnya bisa dicurigai.
“Di negara yang benar-benar otoriter, jangankan bakar poster, baru ngelirik fotonya kelamaan aja bisa dicurigai punya niat jahat,” ucap Dedy.
Ia pun mempersoalkan pembakaran foto itu. Ia menilainya tak elegan.
“Masalahnya, cara mereka mengekspresikan diri ini masih agak emosian, kurang elegan, dan sering kali lebih mirip konser dangdut daripada diskusi politik,” imbuhnya.
Demonstrasi yang ada, disebutnya tidak dengan argumen tajam. Hanya sekadar berteriak.
“Alih-alih menyusun argumen tajam, lebih banyak teriak-teriak dari pada orasi ilmiahnya, dengan itu mereka berharap siapa tau bisa viral di TikTok atau minimal dapat liputan halaman depan dari koran luar negeri,” jelasnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: