
Oleh: Heru Sebagai
(Penulis dan Pengamat Politik, Alumni Fisipol UGM)
Penangkapan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berpotensi menjadi pukulan politik bagi Presiden terpilih Prabowo Subianto dan juga keberlanjutan Kabinetnya.
Penulis meyakini, situasi ini bukan sekadar kasus hukum, tetapi bagian dari skenario politik yang menyeret Prabowo ke dalam konfrontasi dengan rakyat dan elite partai yang berada di KIM Plus atau di luar. Penangkapan Hasto oleh KPK dipastikan akan berdampak panjang, rumit dan semakin menjauhkan kerja -kerja politik Kabinet Prabowo Gibran akan terlaksana. Pertumbuhan ekonomi 8 persen nyaris hanya omon-omon saja. Jadi, kesimpulan mahasiswa “Indonesia Gelap” akan menjadi kenyataan.
Salah Sasaran
Reaksi publik terhadap penangkapan Hasto ini salah sasaran. Publik, mahasiswa justru mengarah pada tuntutan untuk mengadili Presiden Joko Widodo. Demonstrasi mahasiswa yang meluas di berbagai daerah pun mengusung isu serupa.
Sementara itu, Prabowo malah dianggap melakukan blunder politik terbesar dengan membiarkan KPK menangkap Hasto di bawah rezim Prabowo-Gibran. Pada akhirnya, sepertinya Prabowo saat ini berada dalam kondisi politik yang tidak menguntungkan. Prabowo salah sasaran, target politiknya salah. Para pembisik, penasihat dan juga ahli strategi Prabowo lebih banyak menunggangi kepentingan golongan, titipkan khusus.
PDIP Marah Besar
Dugaan ada kekuatan di lingkaran elite politik yang sengaja ingin menempatkan Prabowo dalam posisi berseberangan dengan mahasiswa dan kekuatan politik di luar koalisi pendukungnya. Kondisi saat ini mencerminkan adanya rekayasa politik yang kompleks dan liar. Ini sudah terjadi, operasi intelijen sudah dijalankan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: