
FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Peneliti di Pusat Kolaborasi Riset Arkeologi Sulawesi dan BRIN Basran Burhan mengimbau masyarakat yang berkunjung ke lokasi gambar prasejarah di sepanjang gugusan kars Kabupaten Maros hingga Pangkep, Sulawesi Selatan, agar menjaga kelestariannya.
Basran yang juga salah satu arkeolog penemu lukisan prasejarah di gugusan kars tersebut saat dihubungi di Kendari, Jumat, mengatakan pengunjung diharapkan menjaga kelestarian dan mematuhi aturan yang dikeluarkan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XIX, Makassar.
"Saat ini kan lagi ramai di medsos soal lukisan tertua di dunia yang terdapat di Leang Tedongnge, Pangkep, dan Leang Karampuang, Maros. Jadi kami harapkan masyarakat mengapresiasi lukisan tersebut dengan cara menjaga, tidak merusak lukisan itu, apalagi menambahi coretan di sekitar lukisan," katanya.
Dia menjelaskan salah satu lukisan tertua berupa gambar babi Sulawesi dan cap tangan tersebut merupakan hasil temuannya bersama tim arkeolog Universitas Hasanuddin (Unhas) pada 2017 silam di Leang Tedonge, Pangkep, Sulawesi Selatan.
"Kami meneliti lukisan itu sejak ditemukan pada 2017 dan di tahun 2021 baru dipublikasikan ke masyarakat umum, dan diperkirakan umurnya berkisar 45.500 tahun," katanya.
Dia menjelaskan hingga 2024 ditemukan ada 734 situs prasejarah yang ada di sepanjang gugusan Kars Maros-Pangkep tersebut.
"Sekitar 70 persen dari 734 situs ini memiliki lukisan di dinding atau ada 454 situs bergambar, lukisan itu berupa gambar anoa, babi Sulawesi, cap tangan dari manusia," jelasnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: