
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, tengah menghadapi penurunan kinerja keuangan yang signifikan.
Laba bersih perusahaan ini hanya mencapai Rp981 miliar pada tahun 2024, merosot tajam hingga 91 persen dibandingkan pencapaian tertingginya pada 2019 yang mencapai Rp10,8 triliun.
Anjloknya kinerja keuangan Gudang Garam turut berdampak pada kekayaan Presiden Direktur perusahaan, Susilo Wonowidjojo.
Sejak tahun 2018, nilai kekayaannya dilaporkan telah menyusut hingga 68,5 persen setara kehilangan lebih dari Rp105 triliun.
Salah satu faktor utama yang turut melemahkan penjualan Gudang Garam adalah menjamurnya rokok ilegal di pasar.
Di tengah kenaikan tarif cukai yang membebani rokok legal, peredaran rokok tanpa cukai justru makin luas dan terbuka.
Minimnya pengawasan dari pemerintah terhadap peredaran rokok ilegal membuat tantangan bagi produsen resmi seperti Gudang Garam semakin besar.
Kebijakan fiskal yang tidak diimbangi dengan penegakan hukum dianggap memperparah kondisi industri.
Menanggapi kondisi ini, Pengamat Kebijakan Publik, Gigin Praginanto, menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah melalui akun X pribadinya.
Ia menyindir bahwa kebijakan cukai justru lebih menguntungkan pihak-pihak tertentu ketimbang para pelaku usaha dan petani tembakau.
“Bagi petani tembakau, lebih baik dilinting sendiri lalu dijual. Kalau dijual melalui perusahaan besar, sebagian besar keuntungan lari ke pemilik pabrik dan banyak yang masuk ke kantong pribadi para pejabat,” tulis Gigin dalam akun X pribadinya @giginpraginanto, dikutip Rabu (14/5/2025).
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: