
FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Polemik Revisi Undang-Undang (RUU) Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga kini menjadi perhatian semua lapisan masyarakat saat ini.
Tampak di media sosial khsusunya melalui platform sosial media X, pegiat media sosial, Ananda Wardhana Badudu, @anandabadudu🇵🇸, turut menanggapi polemik tersebut.
Dalam unggahannya, Ananda menuliskan beberapa dampak jika RUU TNI berhasil dan kemudian membuat dwifungsi TNI diaktifkan.
Diawali dengan pertanyaan yang kemudian disertakan jawaban, ia menuliskan cuitan di akun pribadinya itu.
"Masih bertanya kenapa militer perlu dijauhkan dari politik? Lihat aja 98," tulis @anadabadudu🇵🇸 dikutip Rabu (19/3/2025).
Menurutnya, jika ditarik dari kejadian tersebut maka kita akan kembali melihat kerusuhan yang terjadi di mana-mana, penggunaan senjata, ratusan korban dan semuanya berakhir seram:
1.Kerusuhan sistematis dan terorganisir (pembakaran dan penjarahan serentak di mana-mana)
2.Pengendalian massa demonstran tapi (ternyata) ada peluru tajam.
3.Setelah Presiden ganti, pasukan Kostrad gerak sendiri ditebar dari Monas, Istana, dan Rumah Habibie.
4.Ratusan Korban dan tidak ada investigasi.
5.Semua kasus (semanggi I, semanggi II, penembakan trisakti) menguap begitu saja.
6.Percayalah, RUU TNI cuma permulaan dari segala yang seram-seran itu. #TolakRUUTNI
Menanggapi unggahan tersebut, warganet yang aktif di media sosial atau netizen kemudian beramai-ramai mengulas dan memperjelas kejadian yang dimaksud.
"Kalau masih ga ngerti seberapa bahaya militer masuk sipil, itu pelaku kejahatan 98 gabisa disidang pake peraturan sipil, mereka disidang pake sidang militer. Dan hasilnya bisa dilihat sendiri penjahat ham jadi presiden. Persetan jika itu tetap mau sejarah terulang kembali," tulis netizen di kolom komentar cuitan itu.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: