
Oleh : Muliadi Saleh, Alumni Pesantren IMMIM, Pengurus DPP IAPIM, Ketua DKM Masjid Fatimah
DI ANTARA makhluk-makhluk kecil yang bersayap, lebah adalah puisi yang terbang, menari di antara kelopak bunga, membawa pesan kebijaksanaan dari langit. Ia bukan sekadar serangga biasa—ia adalah simbol kesempurnaan sistem, ketekunan yang tiada lelah, dan keseimbangan yang harmoni. Allah menyebutnya dalam Al-Qur’an, menjadikannya teladan bagi manusia yang ingin belajar tentang makna kerja, disiplin, dan kebersamaan.m. Ia datang dengan misi suci—mengumpulkan sari bunga, membawa kehidupan, dan meninggalkan jejak manis bagi dunia.
Lebah bukan sekadar makhluk bersayap yang hinggap di kelopak bunga. Ia adalah arsitek kecil yang membangun sarangnya dengan ketelitian sempurna, menciptakan heksagon-heksagon yang saling terhubung dalam keindahan matematika alam. Sarangnya bukan hanya tempat berlindung, tetapi juga pusat kehidupan, tempat di mana kerja keras dan kebersamaan menjadi hukum yang tak tergoyahkan.
Di dalam koloni, tak ada yang berjalan sendiri. Setiap lebah memiliki tugasnya, bekerja tanpa lelah demi keberlangsungan komunitasnya. Ratu lebah bertelur, lebah pekerja mengumpulkan nektar, dan lebah prajurit menjaga sarang dengan keberanian tanpa pamrih. Tak ada yang iri, tak ada yang malas. Semua bergerak dalam simfoni yang telah ditetapkan Sang Pencipta, mengajarkan manusia tentang arti keteraturan dan pengabdian.
Dari perut kecilnya, lebah menghasilkan madu—cairan keemasan yang menjadi obat bagi manusia. Ia tidak mengambil sesuatu kecuali yang terbaik, tidak menyentuh kecuali yang suci. Dalam dirinya terkandung pelajaran mendalam: bahwa manusia seharusnya hanya mengambil yang halal, berbicara yang baik, dan memberi manfaat kepada sesama. Rasulullah ﷺ bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lebah, ia makan yang baik, menghasilkan yang baik, dan tidak merusak.” (HR. Ahmad).
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: