FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Halaman kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI tampak lebih hidup dari biasanya. Spanduk besar bertuliskan Gebyar Academia, Business,Government (ABG) Collaboration membentang di dinding kaca lobi. Dari kejauhan, antrean tamu, rektor, pengusaha, akademisi, periset, serta pelaku industri kesehatan mengalir seperti arus yang diarahkan menuju satu poros: Taruna Ikrar, Kepala BPOM yang kini menjadi salah satu figur yang mendorong ekosistem inovasi kesehatan nasional khususnya pengawasan obat dan makanan.
Acara ini digelar untuk memperingati satu tahun Asta Cita pemerintahan presiden Prabowo–Gibran. ABG merupakan etalase besar gagasan Taruna Ikrar soal kolaborasi tiga pilar akademisi, dunia usaha, dan pemerintah yang ia sebut sebagai “ABG Concept”. Sebuah formula yang ia dorong sebagai mesin transformasi baru sektor obat dan makanan Indonesia.
“Inisiasi dan kolaborasi merupakan kunci kemajuan di era kita sekarang,” ujar Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, membuka acara secara daring. Ada penekanan di suaranya: bahwa BPOM kini, selain regulator pengawasan obat dan makanan, juga telah menjadi generator ekosistem inovasi.
Taruna Ikrar membalas sambutannya dengan kalimat pendek namun tegas.
“Kami ingin ruang inovasi Indonesia terus tumbuh melalui kontribusi akademisi, dunia usaha, dan pemerintah.” Di wajahnya, terselip keyakinan akan sebuah proyek besar yang belum selesai.
Menggeser Wajah BPOM: Dari Menara Pengawas ke Mitra Inovasi
Di halaman belakang kantor, expo inovasi sedang bersiap dibuka. Deretan stan universitas, startup kesehatan, industri farmasi, hingga UMKM terpasang rapi. Bau alkohol laboratorium bercampur aroma kopi dari barista mahasiswa yang menjadi peserta expo. Semuanya terasa seperti pameran sebuah negara yang tengah menegosiasikan masa depannya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:


















































