Ketika Bugis-Makassar Menulis Sejarahnya Sendiri

1 day ago 9
Ilustrasi tulisan kuno.

Oleh: Desy Selviana
(Pustakawan)

Naskah-naskah kuno dari Bugis dan Makassar menyimpan catatan penting tentang sejarah, adat, dan kehidupan spiritual masyarakat Sulawesi Selatan.

Ditulis dalam aksara Lontaraq, Arab Serang, dan Latin, teks-teks ini menjadi bukti bahwa tradisi literasi dan dokumentasi telah lama hadir, bahkan sebelum sistem pendidikan modern diperkenalkan.

Beberapa naskah memuat surat dari raja kepada pejabat pemerintahan atau sesama bangsawan. Dalam satu surat, Raja Bone meminta Gubernur Makassar menunda keberangkatan ke Sumatra demi menyelesaikan persoalan rakyat. Surat tersebut ditulis dalam aksara: Bugis, Arab, dan Belanda, menunjukkan kecakapan literasi multibahasa saat itu.

Isi naskah-naskah lainnya mencerminkan dinamika masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Ada catatan harian yang merinci peristiwa-peristiwa penting, hubungan antarkerajaan, hingga kegiatan ekonomi seperti utang-piutang dan perdagangan.

Tokoh-tokoh seperti Arung Palakka, Kajao Laliddong, dan Petta Ponggawaé muncul dalam teks sebagai penentu arah sosial dan politik. Catatan-catatan ini mencerminkan cara masyarakat mengelola hukum, menyelesaikan konflik, serta menjaga keseimbangan antara kekuasaan dan adat.

Cerita tentang To Manurung mencerminkan kepercayaan masyarakat Bugis bahwa pemimpin pertama berasal dari dunia langit dan diturunkan ke bumi. Sementara itu, silsilah raja-raja Bone merekam kesinambungan kekuasaan yang diwariskan secara turun-temurun, sebagai bagian dari tatanan sosial dan adat yang dijunjung tinggi.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |