Jati Diri vs Citra Diri: Cermin Keaslian dan Refleksi Kebenaran

6 days ago 8
Muliadi Saleh, Direktur Eksekutif SPASIAL, Trainer Motivator

Oleh : Muliadi Saleh, Direktur Eksekutif SPASIAL, Trainer Motivator

KEHIDUPAN manusia dengan seluruh dinamika dan eksistensinya tak pernah lepas dari upaya menemukan makna dan hakekat diri. Ia berdiri di persimpangan antara bagaimana dunia melihatnya (citra diri) dan bagaimana ia sebenarnya (jati diri). Ada yang hidup dalam bayangan citra yang ia bangun, hingga lupa akan keaslian dirinya. Ada yang jati dirinya kuat, namun dunia melihatnya berbeda. Dan ada pula yang hidup dalam harmoni, di mana citra dan jati dirinya seiring, sejalan, sebangun.

Tetapi pertanyaan mendasar yang sering dilupakan adalah: Apakah aku benar-benar mengenal diriku sendiri?

Hakikat Jati Diri dan Citra Diri: Sebuah Pandangan Filosofis

Jati diri adalah inti keberadaan manusia—esensi yang tak tergoyahkan oleh opini, pujian, atau cemoohan. Ia tumbuh dari nilai-nilai yang diyakini, prinsip yang dipegang, dan karakter yang melekat.

Citra diri, di sisi lain, adalah refleksi yang tampak di mata orang lain. Ia bisa dibangun, dimanipulasi, atau bahkan dikonstruksi oleh lingkungan dan media. Tidak jarang manusia terjebak dalam ilusi citra yang ia ciptakan sendiri, hingga lupa menengok ke dalam—melihat jati dirinya yang sesungguhnya.

Konstruksi Relasi antara Citra dan Jatidiri:

Ada jiwa-jiwa yang berjalan di dunia dengan bayangan yang bukan miliknya. Mereka sibuk merangkai citra, menyulam kesan demi pandangan orang lain, hingga lupa siapa diri mereka sebenarnya. Dalam dunia yang serba tersaji dalam bingkai layar, hidup tampak begitu sempurna—senyum di foto, kata-kata penuh inspirasi, kisah yang dibagikan dengan keindahan yang dibuat-buat. Namun di balik itu, ada hati yang hampa, jiwa yang letih menjaga kepura-puraan. Mereka terus berlari mengejar pengakuan, tanpa pernah benar-benar menemukan kedamaian.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |