
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Ledakan saat pemusnahan amunisi milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Garut, Jawa Barat, terus menjadi perbincangan publik.
Kali ini, kritik datang dari pegiat media sosial, Ardianto Satriawan, yang mempertanyakan prosedur keamanan dalam kejadian tersebut.
Ardianto mengaku tidak menemukan informasi penting dalam video konferensi pers yang digelar pihak berwenang.
"Dari video konferensi persnya, yang saya cari malah gak ada," ujar Ardianto di X @ardianto_satriawan (12/5/2025).
Lebih jauh, ia mempertanyakan keberadaan warga sipil di lokasi kejadian yang jelas-jelas sangat berbahaya.
"Kenapa bisa ada korban sipil? Di kegiatan super amat sangat berbahaya kaya gini? Kok bisa ada warga sipil di sana? Kok gak steril?" tanyanya tegas.
Isu simpang siur soal keberadaan warga sipil di lokasi ledakan juga menjadi sorotan Ardianto. Ia menilai tidak adanya kejelasan dari otoritas justru menambah kebingungan dan kecurigaan publik.
"Terus isunya kan simpang siur kenapa bisa mereka di sana? Ada yang bilang mau ngambil logam buat dijual. Ada juga warga desa yang marah dibilang mau ngambil logam. Katanya diminta bantuin kegiatan itu," ungkapnya.
Sebelumnya, 13 orang, termasuk empat prajurit TNI, dilaporkan meninggal dunia akibat ledakan saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025) kemarin.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi membenarkan insiden tersebut dan menyebut seluruh korban telah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk untuk proses autopsi dan pemulasaraan jenazah.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: