Oleh: Sudirman P
(Ketua LPCR-PM PDM Sinjai)
Milad Muhammadiyah bukan sekadar penanda usia organisasi, melainkan momentum untuk mengajukan pertanyaan kritis: sejauh mana gerakan ini tetap relevan, adaptif, dan progresif dalam menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21?
Spirit Tajdid yang Perlu Terus dievaluasi
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan tajdid pembaruan yang menolak kejumudan. Namun, dalam konteks pendidikan modern, tajdid tidak dapat hanya dimaknai sebagai pelestarian nilai klasik dalam kemasan baru. Pembaruan seharusnya mencakup transformasi cara berpikir, fleksibilitas kurikulum, dan keberanian menantang struktur pendidikan yang tidak adil atau tidak efektif. Jika tajdid berhenti pada aspek manajerial, birokratis, atau sloganistik, maka milad hanya akan menjadi ritual seremonial tanpa makna transformasional.
Tantangan Kualitas: Antara Kuantitas dan Daya Saing
Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah dan ratusan perguruan tinggi. kapasitas luar biasa yang jarang dimiliki organisasi masyarakat sebesar ini. Namun kuantitas belum tentu berbanding lurus dengan kualitas.
Pertanyaannya: apakah lembaga pendidikan Muhammadiyah telah menjadi pelopor dalam inovasi pedagogis, riset, dan budaya akademik kritis?
Banyak sekolah Muhammadiyah unggul, tetapi ada juga yang masih tertinggal dalam tata kelola, fasilitas, maupun mutu pembelajaran. Milad menjadi peringatan untuk memperkuat kualitas secara merata, bukan hanya menampilkan segelintir contoh sukses sebagai representasi totalitas.
Kemandirian Berpikir sebagai Ciri Pendidikan Islam Berkemajuan
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

















































