Oleh: Muhammad Tariq
(Pegiat Literasi dan Pemerhati Sosial)
Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis, sebagai pondasi penting dalam pengembangan individu dan masyarakat. Namun, di Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil, tingkat literasi masih menjadi tantangan besar. Akses terbatas terhadap buku, fasilitas pendidikan yang memadai, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya literasi menjadi beberapa faktor utama yang menghambat peningkatan literasi sampai di desa-desa terpencil.
Indonesia saat ini menghadapi krisis literasi dan kemampuan dasar yang serius pada anak-anak maupun kalangan dewasa. Berbagai survei dan data menunjukkan betapa mendesaknya masalah ini untuk segera diatasi demi masa depan pendidikan Indonesia. Krisis tersebut, salasatunya adalah kondisi kompetensi individu, perlunya peningkatan literasi yang kontekstual, dan langkah membangun fondasi literasi yang berkelanjutan, serta pentingnya literasi digital di seluruh ekosistem pendidikan pada era modrn seperti kita rasakan saat ini.
Bisa dikatakan masyarakat Indonesia jarang membaca, ini berdampak pada rendahnya literasi yang merupakan pondasi utama dalam memahami pengetahuan yang bermakna pada kesuksesan di masa depan. Konsep literasi saat ini jauh berkembang melampaui kemampuan membaca dan menulis.
Seseorang yang paham literasi akan mampu memahami informasi yang kompleks, bisa berpikir kritis, peka terhadap risiko, dan mampu menerapkan pengetahuan secara praktis dan taktial dalam kehidupan. Sayangnya, tingkat literasi di Indonesia masih cukup rendah. Menurut data UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu berarti, dari 1.000 orang Indonesia, hanya ada 1 yang minat membaca.
Adanya pemikiran bahwa membaca buku adalah kegiatan yang membosankan juga turut mempengaruhi rendahnya budaya literasi. Kurangnya pemahaman tentang manfaat membaca, seperti meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, semakin memperburuk kondisi ini. Sehingga, untuk meningkatkan budaya literasi pada generasi, dibutuhkan kerjasama antara keluarga, orang tua, sekolah, dan masyarakat untuk selalu menciptakan lingkungan yang selalu mendukung kebiasaan membaca secara aktif.
Meski tantangan ini besar, berbagai upaya dapat kita lakukan untuk membangun sebuah budaya literasi di kalangan generasi. Salasatunya adalah meningkatkan peran sekolah sebagai pusat utama pembelajaran dan literasi. Sekolah dapat membuat program-program yang mendukung siswa dalam membiasakan literasi, program tersebut contohnya adalah wajib membaca 15 menit sebelum pembelajaran, atau mengadakan kegiatan lomba menulis puisi, cerpen, dan resensi buku. Selain itu, adanya perpustakaan desa dan sekolah yang dikelola dengan baik juga dapat menjadi tempat yang menarik oleh generasi untuk membaca dan belajar.
Selain itu pemerintah juga memiliki peran yang penting dalam menyediakan akses yang lebih luas terhadap bahan bacaan. Program seperti pembangunan perpustakaan di desa terpencil, menyelenggarakan kegiatan festival literasi juga dapat menjadi langkah yang bagus untuk meningkatkan minat baca pada generasi muda.
Pada era digital, generasi muda bisa menyesuaikan literasi dengan perkembangan teknologi. Generasi bisa didorong untuk memanfaatkan perkembangan yang semakin maju untuk menguatkan literasi bagi dirinya sendiri. Mereka dapat didorong untuk memanfaatkan aplikasi platform membaca online atau e-book. Hal ini dapat mempermudah generasi kita untuk mengakses bacaan kapan saja dan di mana saja.
Peran yang paling krusial dalam membangun budaya literasi adalah lingkungan keluarga yang merupakan unit terkecil masyarakat. Orang tua dapat mengenalkan buku-buku bacaan kepada anaknya sejak dini ketika anak sedang belajar. Melalui kegiatan ini dapat meningkatkan minat baca dan mempererat hubungan orang tua dan anak.
Generasi yang cakap literasi juga dapat menjadi agen perubahan, mereka dapat membentuk sebuah komunitas literasi di lingkungan mereka. Komunitas ini dapat menjadi sebuah tempat untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman membaca, diskusi buku, atau mengadakan kegiatan literasi lainnya.
Membangun budaya literasi di kalangan anak muda sebagai generasi merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan kolaborasi aktif antara keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Generasi yang sekarang masih menjadi pelajar maupun mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak dalam menumbuhkan minat budaya literasi disekitar masyarakat
Dengan meningkatkan akses seperti bahan bacaan, memanfaatkan teknologi secara positif, serta memberikan dukungan untuk lingkungan sekitar, kita dapat menciptakan generasi yang memiliki literasi yang baik. Budaya literasi bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga tentang bagaimana kita membentuk pola pikir yang kritis, kreatif, dan inovatif.
Untuk mendukung terwujudnya budaya literasi yang kuat, diperlukan langkah yang konkret dari pihak-pihak terkait. Keluarga dapat menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, dan sekolah dapat menciptakan program-program literasi yang menarik. Pemerintah juga sudah seharusnya menyediakan fasilitas dan buku-buku sebagai bahan bacaan secara merata. Sementara itu, Masyarakat dapat membuat komunitas literasi.
Oleh karena itu, mari kita sebagai generasi yang sadar akan semua itu, mari bersama-sama menjadikan literasi sebagai bagian dari gaya hidup yang melekat pada diri kita semua sebagai banga Indonesia, agar menjad geneirasi yang gemar membaca, menulis, dan memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk membagikan konten-konten positif tentang literasi. Dengan demikian, akan dapat membangun dan mewujudkan generasi yang unggul, untuk masa depan bangsa yang lebih hebat menuju Indonesia emas. Salam Literasi. (*)