Abu Bakar Baasyir dan Jokowi saat bertemu. (INT)
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sikap Jokowi yang terlihat sungkem terhadap Ustaz Abubakar Baasyir saat datang ke rumahnya mendapat sorotan banyak pihak.
Salah satunya datang dari Peneliti ISEAS Yosuf-Ishak Institute, Antonius Made Tony Supriatma. Dia menilai, Jokowi meraih kekuasaan karena berhasil membelah pemilih Islam dan menakuti pemilih minoritas.
"Banyak orang dulu memilih dia karena dianggap anti radikalisme. Di bawah dia, gerakan Islam yang progresif ditindas habis. Dan, dia berhasil berkuasa karena membelah pemilih Islam dan menakut-nakuti pemilih minoritas. Jadilah pemilih minoritas memilih dia dengan angka sekitar 90%," ungkapnya.
Kini setelah dia terpojok, lanjut Made Supriatma, Jokowi merangkul lawan-lawan yang dulu dia hajar dengan keras. "Seolah tidak ada rasa bersalah. Tidak ada masa lalu. Yang konstan adalah kepentingan. Yang lain boleh bergerak ke mana saja," kritiknya.
Tinggallah orang-orang yang dulu mendukungnya. Bagaimana harus bersikap? Golongan pertama tetap setia hingga ke bulu dubur. Mereka mulai bikin pembenaran, seperti rajin ngomong rekonsiliasi dan persatuan misalnya.
Yang kedua garuk-garuk apa aja yang tidak gatel. Sambil berusaha memahami: kok bisa begini ya? Yang ketiga merasa dikhianati dan marah.
"Kita tidak tahu mana yang lebih banyak sekarang di kalangan para pendukungnya itu," ujarnya.
Politik, sambung Made Supriatma, akan lebih baik dan berguna kalau para politisi punya tulang belakang. Kalau para politisi mau jujur menyatakan di pihak mana dia berdiri.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
















































