
Fajar.co.id, Jakarta -- Insiden tewasnya seorang driver ojol, Affan Kurniawan, usai dilindas kendaraan taktis Brimob kini jadi sorotan publik. Banyak yang menyayangkan sekaligus mengkritik keras kepolisian atas kejadian itu.
Salah satunya datang dari peneliti ISEAS, Made Supriatma. Menurutnya, Affan adalah sosok rakyat Indonesia yang sederhana yang hanya ingin mencukupi kebutuhannya.
"Affan Kurniawan adalah pemuda biasa. Saya yakin, dia adalah sesederhana-sederhananya rakyat Indonesia. Mimpinya mungkin tidak muluk. Ia hanya ingin kebutuhannya tercukupi saat ini dan bisa membangun masa depan. Keinginan yang tidak terlalu mewah," tulis Made, dikutip dari tulisan di akun media sosialnya, Jumat (29/8/2925).
Hari ini, lanjutnya, kita tahu bahwa nasib Affan menjadi lain. Seperti banyak rakyat yang merasakan semakin sulitnya mencari kehidupan saat ini dan suramnya masa depan, ia ada di kalangan demonstran yang berunjuk rasa bersama buruh. Demo ini ditanggapi dengan brutalitas yang berlebihan oleh polisi.
Video kematian Affan sontak beredar luas. Dia dilindas kendaraan taktis (Rantis) Brimob setelah sebelumnya ditabrak kendaraan yang sama.
Dia mengungkap bahwa sudah terlalu sering kita melihat polisi menggunakan kekuatan yang berlebihan (excessive use of force) untuk menangani demonstrasi. Tindakan brutal seolah sudah menjadi SOP kepolisian. Polisi kemudian mencari kambing hitam atas brutalitas yang mereka lakukan, yaitu anak-anak Anarko.
"Beberapa kali saya melihat kebrutalan seperti ini. Kadang saya bertanya: Tidakkah mereka punya standar moral? Mengapa mereka mengaku berpegang pada ajaran agama? Bahkan ada teman yang sinis mengatakan, kalau beragama mereka tidak akan jadi polisi! Sedemikian rendah kepercayaan masyarakat pada lembaga ini," ujar Made.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: