
FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Kasus kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) 2025 mencuat dan langsung menjadi sorotan nasional.
Pemerintah pun mengambil sikap tegas terhadap praktik curang ini, yang dinilai mencoreng integritas sistem seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN).
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menegaskan bahwa tindakan tidak jujur dalam proses akademik sama sekali tidak dapat dibenarkan.
Dalam konferensi pers di Kantor Kemdiktisaintek, Jakarta, ia menekankan komitmen pemerintah untuk menindak para pelanggar.
“Kecurangan dalam proses akademik merupakan sesuatu yang sangat tidak bisa ditolerir. Ini menjadi perhatian serius kami,” ujar Brian, dalam konferensi pers di Kantor Kemdiktisaintek dikutip Selasa (27/5/2025).
Ketua Umum Tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Eduart Wolok, menyampaikan bahwa kasus kecurangan yang terdeteksi dalam UTBK-SNBT 2025 telah mencapai angka ratusan.
Praktik ini ditemukan secara merata di berbagai wilayah, mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
“Kalau dibiarkan, ini bahaya. Harus segera kita tindak lanjut,” tegas Eduart
Meskipun jumlahnya masih tergolong kecil dibandingkan total peserta yang mencapai 860.976 orang, panitia menganggap tindakan ini serius karena dapat merusak prinsip keadilan dalam seleksi pendidikan tinggi.
Tak hanya itu, panitia juga menemukan modus kecurangan baru yang melibatkan pemanfaatan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI). Teknologi tersebut digunakan untuk merekayasa kartu peserta ujian, termasuk barcode dan identitas yang tidak sesuai.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: