
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat Medsos, Herwin Sudikta, mendadak meminta PDIP menggaungkan slogan 'Partai Wong Cilik'.
Bukan tanpa alasan, hal ini tidak lepas dari respons politikus PDIP, Aria Bima, mengenai tunjangan fantastis DPR.
"Sebaiknya PDIP berhenti jual slogan partai wong cilik," kata Herwin di X @bungherwin dikutip pada Rabu (27/8/2025).
Herwin merasa bahwa sikap kritis PDIP yang berada di luar pemerintahan Prabowo-Gibran tidak lagi terlihat beberapa waktu terakhir.
"Kalau setiap petugas partainya kompak cuma bisa jawab normatif, artinya mereka sudah buta terhadap jeritan aksi rakyat," Herwin menuturkan.
Ia bilang, saat ini orang-orang PDIP yang duduk di parlemen tidak lagi menjadikan teriakan orang-orang kecil sebagai pusat perhatian.
"Yang mereka bela bukan lagi wong cilik, tapi kursi empuk plus tunjangan fantastisnya," tandasnya.
Sebelumnya, anggota DPR dari fraksi PDIP, Aria Bima, menegaskan bahwa masyarakat memiliki hak penuh untuk menyampaikan aspirasi.
Termasuk melalui aksi demonstrasi, terkait polemik besarnya tunjangan anggota dewan.
Menurut Aria, aksi turun ke jalan adalah bentuk kebebasan berpendapat yang dijamin.
“Didemo enggak apa-apa, biasa. Harus didemo kalau perlu,” dikutip pada Rabu (27/8/2025).
Isu tunjangan DPR kembali mencuat setelah publik mengetahui adanya fasilitas tunjangan rumah senilai Rp 50 juta per bulan.
Jika digabungkan dengan gaji pokok dan tunjangan lain, penghasilan anggota DPR disebut-sebut bisa tembus lebih dari Rp 100 juta setiap bulan.
Kondisi ini memicu gelombang protes. Ratusan massa menggelar aksi di depan pintu masuk DPR pagi tadi. Namun, Aria enggan merinci secara detail berapa total pendapatannya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: