122 Ribu Hektare Terancam karena Krisis DAS, Pemprov dan ICRAF Coba Hadirkan Solusi

1 week ago 24
Kabid DAS dan Konservasi DLHK Nazaruddin Kammisi Ketua Forum DAS Dr. Usman Arsyad, Kasubbag perencanaan BPDAS Jeneberang -Saddang, Selly Oktavia Hariany dan Direktur CIFOR-ICRAF country program Indonesia, Andree Ekadinata.

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Sulawesi Selatan tengah memasuki masa-masa kerusakan skala saat ini masuk dalam kritis.

Hal ini menyusul lebih dari seratus daerah aliran sungai (DAS) di provinsi ini mengalami kerusakan kritis.

Adapun untuk luas lahan kritis kini menembus 122 ribu hektare, setara 22% dari total wilayah menjadi potret krisis yang mengancam setiap tetes air hujan dan setiap jengkal ruang hidup masyarakat.

Merespons masalah ini, Konsultasi publik Rencana Pengelolaan DAS (RPDAS) yang digelar Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Sulsel, BPDAS, Forum DAS, dan ICRAF Indonesia menjadi sinyal alarm

Kepala Bidang DAS dan Konservasi DLHK Sulsel, A. Nazaruddin Kammisi menyebut Pemerintah sudah melakukan penyusunan rencana jangka panjang untuk menghadapi masalah ini.

“Pemerintah telah menyusun rencana jangka panjang, dan kini fokus ke rencana lima tahunan serta tahunan. Ini harus menjadi aksi konkret,” kata A. Nazaruddin Kammisi.

Di sisi lain, Ketua Forum DAS Sulsel, Usman Arsyad menyebut beberapa faktor dari rusak DAS yang berakibat fatal. Seperti terjadi longsor hingga banjir.

“DAS tidak hanya soal biofisik, tapi ruang hidup manusia. Itu tantangan sekaligus peluang,” sebut Usman Arsyad.

Sementara itu, BPDAS Jeneberang-Saddang, Selly Oktavia Hariany mengungkap timnya sudah menyiapkan program rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) sejak 2014.

Hanya saja, upaya yang dilakukan ini belum cukup karena adanya tekanan lahan yang dari waktu ke waktu terus meningkat.

“Namun tekanan lahan terus meningkat, terutama akibat alih fungsi lahan dan permukiman baru,” papar Selly Oktavia.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Situasi Pemerintah | | | |